Serangan Mongol dan Timur Lenk Serta Dampaknya Terhadap Dakwah Islamiyyah di Dinasti Abbasiyyah

Repository > Harjani Hefni > Serangan Mongol dan Timur Lenk Serta Dampaknya Terhadap Dakwah Islamiyyah di Dinasti Abbasiyyah

jurnal-khatulistiwa09062016090344_001-_-2“Aku termenung beberapa tahun sebelum menulis peristiwa ini, karena tidak suka mengenangnya. Kadang-kadang aku maju, lalu mundur kembali. Siapa yang tega untuk menulis tentang berita sedih ini, siapa yang mudah untuk menggoreskannya? Mungkin aku lebih beruntung jika tidak dilahirkan oleh ibuku, atau aku meninggal sebelum peristiwa ini terjadi, sehingga aku tidak mengenangnya…” Izzuddin bin al Atsir (555 – 630 H).

Mongol adalah sebuah bangsa yang berasal dari pedalaman Siberian yang datang dari arah utara menuju ke wilayah Mongolia. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari (Yatim, 1998:111). Mereka menamakan diri sendiri sebagai “putra serigala berbulu hijau” dan sebagai “rusa tak bertanduk, dan kehidupan mereka ibarat kehidupan binatang”. Dinasti Imperium Mongol terbentuk dengan berdirinya Dinasti Ch’in di China Utara dan Dinasti Sung di China Selatan, yang didirikan oleh Temujin (1162 – 1227). Yatim (1998:112) menulis, bukan Temujin yang mempersatukan 13 kelompok suku bangsa Mongol, tetapi bapaknya yang bernama Yasugi Bahadur Khan. Temujin adalah penerus kepemimpinan bapaknya, yaitu memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi suku bangsa yang teratur. Usaha tersebut dilakukan selama 30 tahun.

Seorang cucu keturunan Qobul Khan; keluarga mereka mengalami kehancuran pada masa-masa krisis. Temujin berkuasa atas nama Jengis Khan (“Penguasa” raja lautan atau penguasa dunia”, mungkin juga berarti “penguasa di tengah lautan”). Nama Temujin sebenamya berarti “besi hitam”. Anak yatim dari seorang Khan, yang ibunya bertempur laksana seekor serigala yang berjuang demi kehidupan anaknya, maka Temujin mewajibkan dirinya mengambil alih kekuasaan yang telah terampas oleh pihak musuh. Ia menyatukan kerabat-kerabat sedarah, dan memperkukuh dengan janji setia sehingga setiap warga harus melepaskan identitas kesukuannya demi identiias baru yang lebih besar. Ia mempersatukan suku-suku Mongol dan (akhirnya dia) ditetapkan (sebagai) seorang Khan tertinggi oleh keputusan dewan (quriltai) pimpinan Mongol pada tahun 1206 di Qaraqorum (Glasse, 1999: 272-273). Jengis Khan dikategorikan sultan terbesar bangsa Tartar (Sayyid, 1998:236).

Link Download:

Serangan Mongol dan Timur Lenk Serta Dampaknya Terhadap Dakwah Islamiyyah di Dinasti Abbasiyyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *