Dayak Islam di Kalimantan Barat

Repository > Yapandi Ramli > Dayak Islam di Kalimantan Barat

Buku Dayak Islam di Kalimantan BaratTema mengenai kelompok Dayak Islam memang sudah cukup populer belakangan ini di tengah masyarakat Kalimantan Barat. Setidaknya sejak kemelut politik tahun 1999 soal Utusan Daerah Majelis Perwakilan Rakyat – Utusan Daerah dari Kalimantan Barat, wacana ini terus mengemuka dan memperlihatkan bentuknya yang mulai kokoh (Yusriadi dan Haitami Salim, 2001).

Istilah ini sudah cukup populer di Kalimantan Barat, karena identifikasi ini mulai diguna pakai di tengah masyarakat. Kelompok masyarakat Dayak yang Islam membentuk Ikatan Keluarga Dayak Islam (IKDI), dan kemudian eksistensi mereka diakui oleh kelompok Dayak (umum) sebagai bagian mereka (Kalimantan Review 1999).

Keikutsertaan orang Dayak Islam dalam berbagai event ‘Dayak’ mulai dari Kongres Masyarakat Adat Dayak tahun 2006 hingga Gawai Dayak tahun 2007 lalu mencerminkan hal itu. Seiring pengakuan ini, di tingkat akar rumput, masyarakat Dayak Islam juga mulai tampil dengan identitas dia sendiri. Laporan Alkap Pasti mengenai sejumlah orang Dayak yang masuk Islam di berbagai daerah di Kalbar, menunjukkan hal itu (Alkap 2001).

Setidaknya dibandingkan situasi beberapa puluh tahun –bahkan ratusan tahun lalu, situasi ini jelas memperlihatkan perbedaan yang jauh, dan bahkan bertolak belakang. Dahulu, setiap pribumi yang masuk Islam, mereka akan diidentifikasi dan mengindentifikasi diri sebagai Melayu (Yusriadi 1999, 2006) dan Yusriadi, Ed. (2006). Pada saat itu, bagi mereka masuk Islam sama dengan masuk Melayu.

Hanya di beberapa tempat saja istilah Melayu tidak menonjol dan diganti dengan istilah ‘senganan’, dan sejenisnya. Misalnya di Ketapang bagian perhuluan, di Sintang, dan beberapa tempat di Kapuas Hulu. Penggunaan istilah ini dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang memperlihatkan kedudukan Dayak-Melayu tidak terpolarisasi.

Di tempat-tempat yang polarisasinya kuat; di tempat yang kedudukan Dayak – Melayu diletakkan pada dua sudut yang berseberangan, istilah masuk Melayu dianggap sama dengan masuk Islam. Sebaliknya, orang yang Melayu dan kemudian keluar dari agama Islam, hidup di tengah orang Dayak, bisa dianggap sebagai ‘pulang Dayak’.

Tetapi, belakangan ini ketika situasi sosial politik tidak lagi didominasi oleh ‘Melayu minded’ terminologi ini tidak lagi cukup populer. Ada banyak contoh orang Dayak yang masuk Islam tidak menjadi “masuk Melayu”, tetapi dianggap sebagai “masuk Islam” saja. Dia diidentifikasi dengan sebutan Dayak Islam.

Link Download:

Dayak Islam di Kalimantan Barat

3 thoughts on “Dayak Islam di Kalimantan Barat

  1. persebaran agama islam dayak memang menarik untuk dibicarakan, mengingat selama ini pola persebaran islam banyak dipengaruhi oleh kerajaan islam seperti mataram dan afiliasinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *