Siapa Melayu Pontianak? Bagaimana ciri mereka? Bagaimana keseharian mereka? Bagaimana pendidikan, ekonomi dan sosial mereka?
Buku yang ada di tangan pembaca berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Buku ini merupakan hasil laporan perjalanan Ekspedisi Tepian Kapuas yang dilaksanakan di pemukiman penduduk di tepian sungai Kapuas di kawasan sekitar Kuantan atau sekarang dikenal sebagai Kampung Benua Melayu Laut. Kampung ini merupakan salah satu pemukiman lama di Pontianak, sekalipun tidak setua kampung Beting di sekitar Keraton Kadriyah Pontianak dan atau Kampung Kamboja. Generasi-generasi yang tinggal di sini sebagiannya merupakan generasi abad ke-19, dan sebagian lain adalah mereka yang datang kemudian.
Ada 25 tulisan yang bisa disajikan dalam buku ini. Pada bagian awal memuat laporan Yusriadi seputar identitas untuk mengenal siapa mereka. Pada bagian berikutnya memuat laporan Dedy Ari Asfar mengenai kepercayaan lama dan budaya-budaya yang seiras dengan kepercayaan itu. Tentang mitos dan kepercayaan tradisional masyarakat bisa dilihat dalam tulisan Hiliyah.
Gambaran tentang pengamalan budaya dan ciri budaya juga dapat dilihat dalam tulisan Hikmah. Tulisan tentang budaya juga disajikan Marisa Syakirin yang menampilkan budaya punk di kalangan anak baru gede.
Sementara itu gambaran tentang aktivitas masyarakat dalam berbagai bidang dilaporkan dalam tulisan Lina Herliyanti, Ibfhan Busya, Maisuri, Siti Hanina, Reni Yusnita, Rita Sri Erviani, Indah Pertiwi, Nurlia, Fitri Mulyani, Farninda Aditya dan Hizbul Maududi. Mahmud Alfikri menutup bagian ini dengan menampilan potret kerisauan kalangan warga mengenai kemungkinan mereka kehilangan rentak budaya.
Kegiatan keagamaan masyarakat disajikan melalui tulisan Helda, Romi Yati dan Erika Sulistia MN. Tulisan-tulisan ini menggambarkan tentang bagaimana agama Islam dalam masyarakat Melayu sekarang ini.
Khairul Fuad, Marsita dan Siti Rahmah menulis bagaimana lingkungan fisik masyarakat. Khairul Fuad menulis tentang jembatan, sedangkan Marsita menulis tentang sampah dan Siti Rahmah menulis tentang jembatan Kapuas.
Pada bagian selanjutnya, Shoma Pratama menulis tentang kegiatan anak-anak, Sulistia Ningsih menulis kegiatan kaum ibu, Umi Rahayu kegiatan bapak-bapak dan Holi Hamidin menampilkan profil seorang warga. Kegiatan sehari-hari beda generasi ini mencerminkan sesuatu yang khas Melayu Pontianak yang tinggal di tepian Kapuas.
Seluruh gambaran ini memang belum merupakan gambaran yang utuh dan sistematis. Gambaran yang lengkap dan komprehensif belum dapat disajikan karena kekurangan waktu dan kemampuan tim.
Tapi, kiranya meskipun gambaran yang disajikan hanya beberapa partikel yang berwarna berbeda dalam kehidupan mereka, namun, gambaran ini setidaknya menyajikan bentuk sederhana bagaimana wajah masyarakat penghuni kota Pontianak.
Link Download: