Gerakan intelektual dan dakwah di Asia Tenggara tidak dapat dipisahkan dari sejarah kedatangan Islam di kawasan ini. Gerakan intelektual dan dakwah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah gerakan transmisi ilmu dari orang yang membawa Islam kepada masyarakat kawasan yang didatangi yang pada akhirnya nilai-nilai tersebut setelah bersentuhan dengan budaya lokal menjadi budaya masyarakat.
Gerakan intelektual dan dakwah dalam tulisan ini penulis batasi sekitar kecenderungan berpikir tentang Islam yang berkembang di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-17 dan 18 yang selanjutnya ditulis dan didakwahkan oleh mereka kepada masyarakat. Pada abad-abad inilah gerakan intelektual muslim di Asia Tenggara sudah terdokumentasikan dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemikiran Islam hingga hari ini. Gerakan intelektual yang paling menonjol saat itu dan juga berimbas sampai sekarang adalah sekitar masalah teologi dan fiqh.
Pada umumnya, pemahaman dan kecenderungan berfikir tentang Islam pada abad ke-17 dan ke -18 tidak dapat dipisahkan dari pusat Islam, yakni Timur Tengah atau Asia Barat. Seluruh penyebar Islam saat itu memiliki hubungan yang kuat dengan pusat Islam. Jaringan ulama meminjam istilah Azra membuktikan hubungan penyebar agama di kawasan ini memiliki akar intelektual yang kuat dengan para guru mereka di Timur Tengah. Dan tentunya, wacana intelektual yang ada di timur tengah itu jugalah yang berkembang di kawasan Asia Tenggara.
Oleh karena itu, menelaah trend intelektual di pusat Islam saat Islam masuk ke Asia Tenggara sangat membantu kita untuk mengenal karakter pemikiran Islam di kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya, meskipun sumber gerakan intelektual ajaran Islam sangat didominasi oleh pusat Islam, tetapi saat berinteraksi dengan masyarakat, ajaran Islam di kawasan ini diwarnai oleh kekhasan yang tidak ditemukan di kawasan asal ajaran. Saat melakukan perjalanan keliling dunianya, Ibnu Battuta ketika singgah di Sumatera, tepatnya di Samudera Pasai yang saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad al-Malik al-Zahir (atau Ahmad), mengatakan: “maka istana itupun mengikuti adat-istiadat yang tidak berbeda jauh dari setiap negara Hindu-Buddhis di Melayu atau di kepulauan Indonesia”.
Mengkaji gerakan intelektualitas Islam Asia Tenggara berdasarkan asumsi di atas berarti harus melibatkan kajian tentang hal-hal berikut: pertama, kajian sejarah masuknya Islam di kawasan; kedua, kajian tentang biografi singkat para tokoh ulama dan dai yang membawa Islam; ketiga, menelaah tentang gerakan intelektual yang dikembangkannya dan buku-buku yang mereka tulis dan dakwahkan di tengah masyarakat; serta keempat, bagaimana pengaruh wacana tersebut saat bergulat dengan budaya lokal masyarakat kawasan Asia Tenggara. Tulisan ini berupaya untuk menyoroti aspek-aspek di atas secara integral.
Link Download:
GERAKAN INTELEKTUAL DAN DAKWAH BI AL-QOLAM